Header Ads

Legenda bedug di desa Jatisawit


Konon, di masa Desa Jatisawit dipimpin Kuwu Jagantaka, Ki Lebe Talunkanta menemukan seekor anak buaya dari bibir Sungai Cimanuk. Kemudian anak buaya itu dipelihara di sebuah kolam yang berada di depan kantor kuwu. Setelah buaya itu besar, lantas menjelma seorang pemuda tampan dinamakan Ki Jaka Bajul.
Ki Jaka Bajul berkeinginan menikah dengan salah satu putri Ki Kuwu Jagantaka. Maka menikahlah si pemuda ganteng itu dengan putri Ki Kuwu. Ki Jaka Bajul pindah ke habitatnya di sungai Cimanuk hidup bersama istri tercintanya. Ki Jaka Bajul berjanji akan selalu membantu warga Desa Jatisawit jika terjadi musibah asalkan diberikan tanda dengan taluan bedug.

Kesaktian Ki Jaka Bajul hingga sekarang masih sering terjadi. Seandainya ada musibah seperti terjadi keributan, musim paceklik, wabah penyakit, serangan hama tanaman, warga setempat sering bertemu dengan pasukan buaya mendarat ke pelataran wilayah Desa Jatisawit dan Desa Jatisawitlor.

Ketika musim tawuran perang antar desa Jatisawit aman, bebas dari aksi tawuran.
Begitu halnya jika ada orang hajatan atau kaulan, jika si pemangku hajat tidak memberi suguhan, sang buaya gaib sering nongol datang menghampiri rumah tuan hajat. Dan jika terdengar suara tabuhan bedug yang ditabuh orang lain di wilayah Desa Jatisawit dan Desa Jatisawitlor, pasukan buaya menjelma pula.

“Karena kuatnya warga kami dalam upaya mempertahankan tradisi itu, maka sejak dulu sampai sekarang di Desa Jatisawit dan Jatiswaitlor tidak ada beduk yang terpampang di mushola ataupun di masjid jami, dan tak ada yang berani warga kami mencoba menabuh beduk,” kata Carya, Kuwu Jatisawit.

Meski tidak ada bedug, tidak menganggu kegiatan beribadah kaum muslimin Desa Jatiswait dan Desa Jatiswaitlor. Jika tiba saatnya waktu sholat, cukup dengan mengumandangkan adzan melalui pengeras suara tanpa diimbuhi tabuhan kohkol dan beduk. Bahkan kayu penabuh beduk tempo dulu pernah kentir dan sekarang tersimpan di Masjid Jami Darussalam Desa Lobenerlor.

Desa Jatisawit merupakan desa tertua di Kecamatan Jatibarang. Desa yang diapit antara Desa Pawidean dan Desa Krasak dengan dibatasi Sungai Cimanuk pada tahun 1981 dimekarkan dengan Desa Jatisawitlor. Dahulu kantor kuwu dan bekas kolam itu berlokasi di Blok Blong di areal pesawahan yang sekarang menjadi wilayah Desa Jatisawitlor.

Menurut rencana dalam waktu dekat wilayah Kecamatan Jatibarang akan dimekarkan dengan kecamatan baru bernama Kecamatan Jatisawit. Ada beberapa desa yang akan masuk wilayah kecamatan baru terdiri dari Desa Jatisawit, Jatisawitlor, Krasak, Kalimati, Lobener, Lobenerlor, Longok (Kecamatan Sliyeg), Desa Telukagung dan Desa Plumbon (Kecamatan Indramayu).

Sumber :
1. Kepala desa Jatisawit
2. masyarakat setempat
3. http://nonovario.blogspot.co.id

No comments